01 Mei 2014

Tolak Pendidikan Mahal


            Setiap tahun tanggal 2 mei diperingati sebagai hari pendidikan nasional (hardiknas). Harus dipahami, Hardiknas bukan sekedar mengingat kelahiran seorang pejuang pendidikan bernama Ki Hajar Dewantara. Tetapi mengevaluasi sejauh mana komitmen kita untuk menwujudkan cita-cita  Negara mencerdaskan kehidupan bangsa.
           
Hampir 69 tahun Indonesia merdeka, tetapi cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa jauh panggang dari api. Jaminan untuk setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan sekedar janji manis yang tidak dijalankan. Akses pendidikan sulit. Biaya sekolah mahal. Wajib belajar 9 tahun memang gratis tetapi tidak untuk beli seragam, buku pelajaran dan dana pembangunan. Tidak pula untuk mengenyam sekolah menengah atas. Jika sekolah mahal tentu perguruan tinggi lebih mahal. Benar apabila ada adagium orang miskin “dilarang” sekolah atau kuliah.

Haruskah pendidikan diperjualbelikan. Memasang label harga. Semakin elite sekolah semakin mahal harga yang dibanderol. Bahkan sekolah negeri sekalipun. Begitupun perguruan tinggi negeri, memiliki daftar harga yang komplit. Biaya kuliah dibagi perkelompok. Bukan lebih murah tetapi lebih mahal. Pantaskah, sekolah dan perguruan tinggi yang menjadi tempat untuk mendidik kaum intelektual muda diubah menjadi ladang bisnis untuk meraup keuntungan.


Setiap Hardiknas selalu membawa harapan dan cita untuk melihat seluruh anak bangsa mengeyam bangku pendidikan.

Ayo bersama-sama kita mewujudkan tujuan negara mencerdaskan kehidupan bangsa untuk menghapus air mata Ki Hajar Dewantara.

Selamat Hari Pendidikan Nasional
Mari tolak pendidikan mahal.

Sabri Hamri,
Presiden Negara Orang Miskin
Pemerhati Hukum, HAM dan Pendidikan

Tidak ada komentar: