Setiap tahun tanggal 2 mei diperingati
sebagai hari pendidikan nasional (hardiknas). Harus dipahami, Hardiknas bukan
sekedar mengingat kelahiran seorang pejuang pendidikan bernama Ki Hajar
Dewantara. Tetapi mengevaluasi sejauh mana komitmen kita untuk menwujudkan
cita-cita Negara mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Hampir 69 tahun Indonesia merdeka, tetapi cita-cita mencerdaskan
kehidupan bangsa jauh panggang dari api. Jaminan untuk setiap warga negara
berhak memperoleh pendidikan sekedar janji manis yang tidak dijalankan. Akses
pendidikan sulit. Biaya sekolah mahal. Wajib belajar 9 tahun memang gratis
tetapi tidak untuk beli seragam, buku pelajaran dan dana pembangunan. Tidak
pula untuk mengenyam sekolah menengah atas. Jika sekolah mahal tentu perguruan
tinggi lebih mahal. Benar apabila ada adagium orang miskin “dilarang” sekolah
atau kuliah.
Haruskah pendidikan diperjualbelikan. Memasang label harga. Semakin elite sekolah
semakin mahal harga yang dibanderol. Bahkan sekolah negeri sekalipun. Begitupun
perguruan tinggi negeri, memiliki daftar harga yang komplit. Biaya kuliah dibagi
perkelompok. Bukan lebih murah tetapi lebih mahal. Pantaskah, sekolah dan
perguruan tinggi yang menjadi tempat untuk mendidik kaum intelektual muda diubah
menjadi ladang bisnis untuk meraup keuntungan.
Setiap Hardiknas selalu membawa harapan dan cita
untuk melihat seluruh anak bangsa mengeyam bangku pendidikan.
Ayo bersama-sama kita mewujudkan tujuan negara
mencerdaskan kehidupan bangsa untuk menghapus air mata Ki Hajar Dewantara.
Selamat Hari Pendidikan Nasional
Mari tolak pendidikan mahal.
Sabri Hamri,
Presiden Negara Orang Miskin
Pemerhati Hukum, HAM dan Pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar